Putri tercinta saat bersama Almarhumah Istri tersayang

Duhai Sayang....Semoga engkau berbahagia di alam sana

Saat-saat terindah bersama Almarhumah Istri Tersayang

Duhai sayang.... Semoga engkau berbahagia di alam sana

Saat-saat terindah bersama Almarhumah Istri Tersayang

Duhai sayang.... Semoga engkau berbahagia di alam sana

Upacara Pembukaan Class Meeting Madrasah Al Rosyid

Bersama Bapak Kapolres Bojonegoro

Rahma dan Rafi Motivatorku

Ayah selalu menyayangi kalian berdua

Minggu, 04 September 2011

Clinking Buttons Aid Student Discussion

A COMMON problem faced by teachers in implementing cooperative learning is certain students tend to dominate the discussion. But on the other hand, there are also students who are passive and do not contribute to the group work. This kind of situation calls for division of responsibilities amongst the students, without which the passive students will be dependent on their more active group mates. As a solution, Yasdi, SE, DBE3 District Facilitator from Bojonegoro District has adopted cooperative learning with "Kancing Gemerincing" (clinking buttons) in her social studies lesson in Class 8-E MTs Al Rosyid, with the basic competency: "Describing the function of tax in the national economy". This activity allowed each group member to contribute and appreciate other members’ opinions. The lesson followed these easy steps : (1) The teacher prepared a small box of buttons (other small things like pieces of straws, matches or beans will do just as well); (2) Discussion groups were formed, each group consisting of 6 students; (3) Each group member was given two or three buttons before beginning the discussion; (4) The teacher distributed the worksheet and the students discussed the worksheet; (5) Every time a student spoke up or expressed their opinion, (s)he put a piece of his/her button on the desk. (6) When (s)he has put all their buttons on the table (s)he was not be allowed to speak anymore until all the group members had done the same; (7) When all of them ran out of buttons but the task was not finished yet, they were allowed to redistribute the buttons and repeat step 4 to 6; (8) When students had finished their task, they made an analysis and wrote it down on a piece of paper; (9) Each group then presented their work to the other groups and ask for their inputs. Following the use of this method, students in Class 8-E are now more active during discussion. This method ensures that each student is given the opportunity to contribute in a discussion. Teachers can use this method as a solution to student's discussion problems.

Sabtu, 03 September 2011

ETIKA BERGAUL DALAM ISLAM

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat [49]:13)

Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang “masih hidup” di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya.

Tidak ada mahluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu halnya dengan manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku. Allah mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaan-Nya.

Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar, sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena bisa jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT (QS. Al_Hujurat [49]:13)
Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika Allah menciptakan manusia, sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya. Sekali lagi . tak ada yang dapat membedakan kecuali ketakwaannya.
Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu kita tumbuh kembangkan agar pergaulan kita dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah islamiyah. Tiga kunci utama untuk mewujudkannya yaitu ta’aruf, tafahum, dan ta’awun. Inilah tiga kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan.

Ta’aruf. Apa jadinya ketika seseorang tidak mengenal orang lain? Mungkinkah mereka akan saling menyapa? Mungkinkah mereka akan saling menolong, membantu, atau memperhatikan? Atau mungkinkah ukhuwah islamiyah akan dapat terwujud?
Begitulah, ternyata ta’aruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan ta’aruf kita dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang.

Tafahum. Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. Dengan memahami kita dapat memilah dan memilih siapa yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa yang harus kita jauhi, karena mungkin sifatnya jahat. Sebab, agama kita akan sangat ditentukan oleh agama teman dekat kita. Masih ingat ,”Bergaul dengan orang shalih ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu memberi aroma yang harum setiap kita bersama dengannya. Sedang bergaul dengan yang jahat ibarat bergaul dengan tukang pandai besi yang akan memberikan bau asap besi ketika kita bersamanya.”
Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang shalih akan banyak sedikit membawa kita menuju kepada kesalihan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada keburukan perilaku ( akhlakul majmumah ).

Ta’awun. Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap ta’awun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasullulloh SAW telah mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain.
Ta’aruf, tafahum , dan ta’awun telah menjadi bagian penting yang harus kita lakukan. Tapi, semua itu tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena Allah. Ikhlas harus menjadi sesuatu yang utama, termasuk ketika kita mengenal, memahami, dan saling menolong. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta dan benci karena Allah. Karena cinta dan benci karena Allah akan mendatangkan keridhaan Allah dan seluruh makhluknya. Wallahu a’lam bishshawab.

VISI MISI MADRASAH AL ROSYID

DRAFT VISI MISI MADRASAH AL ROSYID
Oleh : Yasdi, SE


Visi :
TERWUJUDNYA GENERASI ISLAM BERDEDIKASI TINGGI,
UNGGUL DALAM PRESTASI DAN BERAKHLAQUL KARIMAH


Misi :
1. Mewujudkan disiplin madrasah
Indikator :
- Madrasah memiliki peraturan / tata tertib yang diketahui seluruh warga madrasah
- Madrasah memasang peraturan / tata tertib ditempat – tempat strategis yang mudah dilihat semua warga madrasah
- Madrasah memiliki sanksi tegas terhadap pelanggaran disiplin.

2. Meningkatkan kerja sama madrasah, orang tua, dan masyarakat
Indikator :
- Terbentuknya jalinan kerja dengan orang tua dan masyarakat,
- Terealisasinya penggalangan dana untuk kegiatan non akademik yang membutuhkan dana besar
- Terwujudnya pendayagunaan potensi orangtua dan masyarakat.

3. Membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik agar unggul dalam akademik dan non akademik.
Indikator :
- Menghasilkan siswa yang berprestasi dibidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
- Menghasilkan siswa yang berprestasi di bidang Penelitiaan, Karya Ilmiah remaja
- Menghasilkan siswa yang berprestasi dibidang olahraga dan seni ( kaligrafi dan muhadloroh )

4. Menyelenggarakan pengajaran dan pembelajaran bermakna ( better teaching and learning )
Indikator :
- Guru menerapkan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.
- Guru menerapkan pengajaran dan pembelajaran yang konstektual
- Guru menerapkan pembelajaran berpusat pada siswa ( Student Center ) dalam rangka membentuk kecapakan siswa (Personal, Sosial, Akademik dan Vokasional )

5. Melaksanakan bimbingan yang Islami sehingga nilai Islam menjadi jalan hidup( way of life ) bagi setiap siswa
Indikator:
- Siswa memiliki kesadaran untuk menerapkan nilai-nilai Islam baik pembicaraan maupun perilaku.

Tujuan Madrasah
a. Jangka Pendek
1. Mencetak generasi Islam yang berkualitas dalam bidang Ilmu Pengetahuan (agama dan umum) dan menguasai tekhnologi
2. Mencetak siswa untuk dapat menerapkan hasil pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari
3. Ikut serta menunjang pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan dasar sembilan tahun.

b. Jangka panjang
1. Menciptakan pendidikan tingkat MTs berdaya jangkau luas, meningkatkan mutu pendidikan MTs serta menunjang dan meningkatkan pola pendidikan keagamaan ( Islam )
2. Ikut serta menanamkan sikap kemandirian (otodidak), kedisiplinan, memiliki inisiatif, inovatif, beradaptasi dengan lingkungan dan bertanggung jawab melalui pendidikan Pondok Pesantren.
3. Menunjang usaha perwujudan masyarakat belajar seumur hidup ( Long Life Education ) sehingga mampu menjawab tantangan umat/masyarakat di Era Globalisasi
4. Memperkuat citra Pondok Pesantren dengan merubah pola pikir masyarakat yang menganggap bahwa Pondok Pesantren adalah lingkungan pendidikan yang lemah dalam bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

Apa Tuhan Pencipta Segalanya???

Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada? Apakah kejahatan itu ada? Apakah Tuhan menciptakan kejahatan? Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantanG mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya".

"Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi.

"Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut. Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata,

"Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?""Tentu saja," jawab si Profesor

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"

Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."

Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya.
Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"

Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara - perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan."
Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab,

"Sekali lagi Anda salah, Pak. Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah katayang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih sayang Tuhan dihati manusia. Seperti dinginyang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."

Profesor itu terdiam. Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.

Yasdi, SE, MM
082 331 046 465 / 085 732 255 454

Alamat Kantor :
MTs Al Rosyid
Jl. KH. R. Moh Rosyid Ngumpakdalem Dander Bojonegoro Jawa Timur

Alamat Rumah :
RT. 01 RW. 01
Desa Sumodikaran Dander Bojonegoro Jawa Timur